Mengembangkan Usaha Kerupuk Miskin
KARAWANG-Orang
menyebut kerupuk buatan Rofik Hidayat sebagai 'kerupuk miskin' atau
‘kerupuk melarat. Alasannya, kerupuk yang biasa menggunakan minyak
goreng beralih menggunakan pasir untuk menggoreng kerupuk buatannya.
Selain lebih murah, alasan Rofik menggoreng dengan pakai pasir karena lebih sehat dari pada menggunakan minyak. Lagipula pembeli tidak perlu khawatir karena pasir yang digunakan Rofik sudah dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
”Kalau pakai minyak goreng, orang yang sedang batuk, sakitnya bisa makin parah. Kalau ini mah sakit batuk juga tidak berefek,” jelasnya.
Munculnya kerupuk beraneka warna ini dengan nama kerupuk melarat juga karena kebanyakan dikonsumsi oleh ekonomi menengah ke bawah karena harganya murah. Biasanya, kerupuk ini dikombinasikan dengan sambal kacang saat dipangan sebagai teman nasi. Menyadari hal tersebut, muncul ide Rofik untuk dijadikan peluang bisnis yang menjanjikan dari kerupuk melarat ini.
“Ternyata yang menggemai kerupuk ini banyak dan harga produksi dan jualnya juga murah, kenapa tidak dicoba,” kata warga Dusun Krajan Desa Kertajaya, Kecamatan Jayakerta ini.
Memang diakuinya biaya produksi kerupuk melarat ini tidak terlalu tinggi karena menggoreng dengan menggunakan pasir. Namun, Rofik mengaku, dengan menggunakan pasir, proses menggoreng harus lebih sabar saat memasak kerupuk. ”Kalau menyanggrai pakai pasir kerupuk membutuh waktu hingga empat jam. Padahal jika pakai minyak goreng waktu yang diperlukan hanya sekitar seperempat jam. Tapi rasanya sangat berbeda antara kerupuk yang di goreng menggunakan minyak dan pasir. Menggunakan pasir menciptakan rasa yang lebih renyah dan khas,” terangnya.
Dari ide kreatifnya itu, kata Rofik, dalam satu hari dibantu sejumlah karyawannya mampu memproduksi sekitar 14.000 bungkus kerupuk dengan harga jual Rp500 setiap bungkusnya. Dalam proses pemasaran, Rofik mengaku tidak menemukan kendala. Pasalnya, ia menjual kerupuk tersebut dengan sistim titip dan bagi hasil dengan warung. Rofik menyatakan, dengan keuntungan yang didapat dari usahanya itu cukup untuk menghidupi keluarganya. “Kalau keuntungan relatif sehari ada laba sekitar Rp300 ribu tergantung laku atau tidaknya dan pesanan yang kita terima,” imbuhnya
Untuk menambah rasa gurih kerupuk melarat, kata Rafik, ia mempergunakan bahan-bahan pilihan yaitu tepung singkong, bawang merah, penyedap rasa, garam dan pewarna makanan. "Kemudian dibentuk lalu dijemur sekitar satu hari lamanya. Hari ke dua setelah kering, baru kemudian disangray. Sedangkan kalau musim hujan. Kami menggunakan oven dalam proses pengeringan,” kata Rofik. (nof)source:pasundanekspres.co.id
Selain lebih murah, alasan Rofik menggoreng dengan pakai pasir karena lebih sehat dari pada menggunakan minyak. Lagipula pembeli tidak perlu khawatir karena pasir yang digunakan Rofik sudah dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
”Kalau pakai minyak goreng, orang yang sedang batuk, sakitnya bisa makin parah. Kalau ini mah sakit batuk juga tidak berefek,” jelasnya.
Munculnya kerupuk beraneka warna ini dengan nama kerupuk melarat juga karena kebanyakan dikonsumsi oleh ekonomi menengah ke bawah karena harganya murah. Biasanya, kerupuk ini dikombinasikan dengan sambal kacang saat dipangan sebagai teman nasi. Menyadari hal tersebut, muncul ide Rofik untuk dijadikan peluang bisnis yang menjanjikan dari kerupuk melarat ini.
“Ternyata yang menggemai kerupuk ini banyak dan harga produksi dan jualnya juga murah, kenapa tidak dicoba,” kata warga Dusun Krajan Desa Kertajaya, Kecamatan Jayakerta ini.
Memang diakuinya biaya produksi kerupuk melarat ini tidak terlalu tinggi karena menggoreng dengan menggunakan pasir. Namun, Rofik mengaku, dengan menggunakan pasir, proses menggoreng harus lebih sabar saat memasak kerupuk. ”Kalau menyanggrai pakai pasir kerupuk membutuh waktu hingga empat jam. Padahal jika pakai minyak goreng waktu yang diperlukan hanya sekitar seperempat jam. Tapi rasanya sangat berbeda antara kerupuk yang di goreng menggunakan minyak dan pasir. Menggunakan pasir menciptakan rasa yang lebih renyah dan khas,” terangnya.
Dari ide kreatifnya itu, kata Rofik, dalam satu hari dibantu sejumlah karyawannya mampu memproduksi sekitar 14.000 bungkus kerupuk dengan harga jual Rp500 setiap bungkusnya. Dalam proses pemasaran, Rofik mengaku tidak menemukan kendala. Pasalnya, ia menjual kerupuk tersebut dengan sistim titip dan bagi hasil dengan warung. Rofik menyatakan, dengan keuntungan yang didapat dari usahanya itu cukup untuk menghidupi keluarganya. “Kalau keuntungan relatif sehari ada laba sekitar Rp300 ribu tergantung laku atau tidaknya dan pesanan yang kita terima,” imbuhnya
Untuk menambah rasa gurih kerupuk melarat, kata Rafik, ia mempergunakan bahan-bahan pilihan yaitu tepung singkong, bawang merah, penyedap rasa, garam dan pewarna makanan. "Kemudian dibentuk lalu dijemur sekitar satu hari lamanya. Hari ke dua setelah kering, baru kemudian disangray. Sedangkan kalau musim hujan. Kami menggunakan oven dalam proses pengeringan,” kata Rofik. (nof)source:pasundanekspres.co.id
Semoga artikel Mengembangkan Usaha Kerupuk Miskin bermanfaat bagi Anda.
Posting Komentar