KETIKA ALLAH PINJAM HARTA KITA
 (Kisah Inspiratif -186)
 
 Paling gak enak memang, kalo kita sedang ada saudara atau orang lain 
meminta PINJAMAN alias NGUTANG sama kita. karena pinjaman disini 
seringkali identik dengan MINTA UANG secara halus, boro-boro mau bayar, 
sekedar minta maaf belum bisa bayar saja gak terucap. 
 
 Ya kalo 
pinjam buat bisnis, bisnisnya jelas prospektif menguntungkan dan dia 
sendiri kompeten dan rajin bekerja sih masih mendingan, dia berhasil 
kitanya puas walau pinjamannya gak dikasih lebih tapi uang kita masih 
selamat kembali.
 
 Nah yang sering terjadi adalah kita seringkali
 tergiur dengan orang yang menawarkan bagi hasil atau bunga yang 
sangat-sangat fantastis, dan kadang gak masuk akal agar kita mau 
meminjamkan uang kita kepadanya dengan bahasa yang cukup menarik 
INVESTASI, padahal intinya juga sama mau NGUTANG bahkan kadang mau 
MENJEBAK dan MEMERAS kita. tapi yang seperti ini begitu banyak diminati 
orang bahkan ribuan orang jadi korban dan gak berani lapor karena malu, 
sudah terlanjur ngomong sama banyak orang bahwa sebentar lagi dia akan 
kaya raya tanpa harus bekerja, he he he, mimpi kalie ye.
 
 Nah 
yang lebih aneh itu kalo Allah yang MEMINTA PINJAMAN sama kita itu Allah
 yang MAHA KAYA, kebanyakan kita langsung SINIS, padahal Allah gak 
mungkin ingkar janji, Allah malah menjanjikan bagi hasil yang sangat 
luar bisa 10% sampai 700% bahkan harta kita juga akan menjadi JURU 
SELAMAT nanti di AKHIRAT. Nah yang seperti ini kita kadang masih BELUM 
YAKIN, menganggap GAK RIIL alias MUSTAHIL.
 
 ZAKAT, INFAQ, 
SEDEKAH DAN WAKAF KITA ITULAH PINJAMAN UNTUK ALLAH SWT, terus apa sih 
yang sebenarnya terjadi ketika kita memberikan Pinjaman kepada Allah 
SWT, inilah kisah nyata yang akan mengilustrasikannya
 -------------
 Suatu hari setelah pulang dari rumah Rasulullah, Ali melihat Fatimah sedang berdiri di teras rumah.
 
 “Hai isteriku, apakah ada makanan hari ini untuk suamimu?” tanya Ali.
 
 “Demi Allah, aku tak memiliki apa-apa kecuali uang enam dirham, hasil 
upah memintal bulu-bulu domba milik Salman al-Farisi. Dan aku berencana 
ingin membelikan makanan untuk Hasan dan Husain.”
 
 “Biar aku saja yang membelikannya. Berikan uangnya kepadaku!”
 
 Fatimah pun memberikan uang tersebut.
 
 Ali pun bergegas pergi membeli makanan untuk kedua anaknya. Di tengah 
jalan, ia ketemu dengan seorang laki-laki yang berkata, “Siapa yang mau 
meminjami Tuhan Yang Maha Pengasih dan Yang Selalu Menepati Janji.”
 
 Ali pun memberikan uang enam dirham tersebut kepadanya. Kemudian pulang
 ke rumahnya dengan tangan kosong. Fatimah yang melihat Ali pulang 
dengan tangan hampa langsung menangis.
 
 “Mengapa kamu menangis?”
 
 “Kenapa kamu pulang tanpa membawa sesuatu? Ke mana uang yang enam dirham tadi?”
 
 “Isteriku yang mulia, aku telah meminjamkannya kepada Allah.”
 
 Mendengar jawaban Ali, Fatimah berhenti menangis dan gembira. “Sungguh! Aku mendukung tindakannmu!”
 
 Lalu Ali pun keluar rumah karena ingin bertemu Rasulullah SAW. Di 
tengah jalan, ia disapa seorang laki-laki, “Hai Abu Hasan, maukah kau 
beli untaku?”
 
 “Aku tak punya uang,” kata Ali
 
 “Bayarnya belakangan saja.”
 
 “Berapa?”
 
 “Seratus dirham.”
 
 “Baik. Kalau begitu aku beli.”
 
 Setelah diberikan untanya kepada Ali, dan Ali pun ingin kembali pulang 
meletakkan untanya di sekitar ruamhnya. Di tengah perjalanan, ia disapa 
seorang laki-laki.
 
 “Hai Abu Hasan, apakah unta tersebut akan kau jual?”
 
 “Ya.”
 
 “Berapa?”
 
 “Tiga ratus dirham.”
 
 “Ya, aku beli.”
 
 Lalu orang tersebut membayarnya dengan kontan 300 dirham dan mengambil unta tersebut.
 
 Ali pun bergegas pulang ke rumahnya. Fatima tersenyum melihat wajah Ali yang sumringah.
 
 “Kelihatan begitu gembira, apa yang terjadi, suamiku?”
 
 “Isteriku yang mulia, kubeli unta dengan bayar tempo seharga 100 dirham. Lalu kujual lagi 300 dirham dengan kontan.”
 
 “Lalu Aku setuju.”
 
 Setelah berdialog di rumahnya, Ali pamit kepada Fatimah mau menemui 
Rasulullah SAW di mesjid. Ketika masuk masjid, Nabi SAW tersenyum 
melihatnya.
 Tanpa di tanya lagi Baginda Nabi Langsung bertanya kpd saidina Ali: 
 “Hai Abu Hasan! Apakah kau yang lebih dahulu cerita ataukah aku terlebih dahulu?”
 
 “Anda saja yang cerita, ya Rasul,” jawab Ali.
 
 “Tahukah kamu siapa yang menjual unta kepadamu dan siapa yang membelinya kembali?”
 
 “Tidak. Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
 
 “Berbahagialah Ali. Kamu telah meminjamkan 6(enam) dirham kepada Allah.
 Dan Allah memberimu 300 dirham. Tiap satu dirham mendapat ganti 50 
dirham. Yang pertama datang kepadamu adalah Jibril dan yang terakhir 
datang adalah Mikail.”
 
 Subhanallah.....
 
Semoga artikel KETIKA ALLAH PINJAM HARTA KITA bermanfaat bagi Anda.

Posting Komentar